Sabtu, 05 Maret 2011

Soal 2-7 dalam buku Analisis Laporan Keuangan Karangan John j.wild, dkk. Edisi 8

Penilaian ekuitas pada pasar saat ini dipandang terlalu tinggi . banyak analisis menyatakan bahwa price-earning ratio (PER) terlalu tinggi sehingga menciptakan “gelembung” penilaian yang tidak rasional yang akan meledak dan menyeret turut penilaian. Mereka yang skeptic terutama khawatir pada penilaian perusahaan teknologi tinggi dan internet. Lawan dari “paradigm baru” berpendapat bahwa price-earning ratio sangat tinggi yang terkait dengan perusahaan teknologi tinggi dan internet ini layak karena usaha modern ini memiliki dasar yang berbeda. Bahkan, banyak yang percaya bahwa perusahaan ini, secara rata-rata, masih dinilai terlalu rendah. Mereka berpendapat bahwa perusahaan ini telah menginvestasi jumlah yang tinggi pada aktiva tak berwujud yang akan menghasilkan laba masa depan yang besar. Selain itu, biaya penelitian dan pengembangan (R&D) selalu dicatat sebagai beban. Artinya , biaya ini mengurangi laba tiap periodenya dan tidak dilaporkan sebagai aktiva pada neraca. Karenanya, laba terlihat dibawah normal dan menyebabkan price-earning ratio yang tingginya tidak masuk akal.

Diminta :

Nilai dan kritiklah posisi yang skeptic maupun yang mendukung paradigm baru ini

*** PER (price-earning ratio) berarti perbandingan antara harga pasar dengan laba bersih per saham atau Earning per share (EPS). PER dalam hal ini mencerminkan beberapa hal, Pertama, ia mencerminkan murah atau mahalnya harga satu saham. Jika satu saham diperdagangkan dengan PER yang tinggi berarti harga saham itu termasuk mahal. Dengan kata lain semakin tinggi PER, semakin mahal harga sahamnya. Meski begitu bukan berarti harga yang mahal tidak diminati investor. Karena itu, yang kedua, PER juga merefleksikan tingkat kepercayaan investor atau pelaku pasar terhadap performance saham tersebut. Jika ada saham yang diperdagangkan dengan PER tinggi, tetapi tetap diminati investor artinya investor atau pelaku pasar memiliki tingkat kepercayaan kepada saham dan atau perusahaan tersebut. EPS yang menjadi patokan adalah bukan EPS yang sudah terjadi atau tercapai, melainkan EPS proyeksi. Berapa proyeksi laba bersih per saham yang akan dicapai oleh perusahaan. maka dapat dipahami bahwa besaran PER selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu tergantung pada perubahan harga dan juga perubahan proyeksi laba. ika EPS perusahaan menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, maka biasanya hal itu juga terefleksi pada perubahan harga saham di pasar. Karena itu jangan heran jika ada saham yang harganya naik dari tahun ke tahun. itu bukan berarti PER saham tersebut naik lebih tinggi, tetapi karena ekspektasi EPS-nya juga tumbuh lebih tinggi.

Investasi tinggi pada aktiva tidak berwujud akan menghasilkan laba yang besar. Hal ini tak selama benar karena peningkatan laba dapat dilakukan dengan strategi big bath (mandi besar) yaitu : penghapusan sebanyak mungkin pada satu periode, periode yang dipilih kinerja yang buruk, dengan kata lain memberikan kesempatan untuk penghapusan dosa.

Distorsi merupakan penyimpangan dari informasi yang dilaporkan pada laporan keuangan terhadap realitas usaha sebenarnya. Salah satu contoh distorsi yang disebabkan penekanan keandalan adalah akuntansi biaya penelitian dan pengembangan (litbang). Meskipun litbang adalah investasi, standar akuntansi saat ini mensyaratkan penghapusan biaya sebagai beban karena manfaat litbang lebih tidak pasti dibandingkan manfaat dari investasi lain, misalnya bangunan dan peralatan. Tolak ukur manfaat litbang diukur dengan menghubungkan pengeluaran penelitian dan pengembangan dengan pertumbuhan penjualan dan pengembangan produk baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar